Kamis, 10 November 2011

Melebarnya Sayap Kapitalis

Artikel ini saya buat saat pagi hari , pas sekali saat saya melihat berita di tv yang menayangkan ketua pakar partai nasdem yaitu bos pertelevisian Indonesia bapak Harry Tanoesoedibjo.Mungkin ini biasa lah bagi orang yang memiliki uang lalu menguasai media dan terjung di dunia perpolitikan dengan misi membenahi kehidupan rakyat. Kita semua sebagai rakyat mungkin telah bosan dengan janji - janji politik yang hanyalah janji namun kita tetap menghargai pemerintahan yang berdaulat saat ini.Lalu muncullah jargon - jargon yang menyatakan bahwa yang dapat mengubah bangsa kita hanyalah pengusaha dengan hitungan matematis para ahli tersebut menakar bahwa kita butuh 4 persen pengusaha di Indonesia untuk mengembangkan kesejahteraan rakyat.Sekarang dengan adanya penelitian tersebut banyak sekali para pengusaha yang berbondong - bondong terjun ke dunia politik dengan misi mensejahterakan rakyat.Bukannya saya tidak setuju apabila para pengusaha dan pemilik modal menjadi agen pemerintahan bahkan nabi saya Rasulullah sebelum Beliau menjadi kepala pemerintahan di Madinah ia pun seorang pengusaha namun ia sukses memisahkan dan memposisikan diri dimana Beliau sebagai Pedagang dan dimana Beliau sebagai seorang pemimpin.

Bagaimana dengan orang - orang bisnis yang sedang mengikuti trend dunia politik muncullah pertanyaan yang besar apabila seorang individu saja apabila diberi amanah mereka juga masih memiliki kepentingan golongan bagaimanakan dengan seorang pengusaha yang bila dilihat golongan yang ia bawa adalah kepunyaannya sendiri ? Hal ini sungguh mengelitik coba kita lihat kemaren saat KIB JILID 1 apa saja yang telah dihasilkan oleh Menko Kesra saat itu .Hingga ia akhirnya tidak menjadi menteri lagi .Karena kebanyakan dari mereka lebih mementingkan kepentingan golongan , dimulai dari Partai , Keluarga , Perusahaan ,Pribadi sehingga kepentingan rakyat tidak pernah terpikirkan.Ini bukanlah yang kita inginkan , saya bukan menafikkan kemampuan para kapitaler yang telah memiliki usaha yang besar di tengah gonjang ganjing ekonomi tapi yang saya tanyakan adalah apakah mereka sendiri yakin dengan kemampuan mereka untuk membuat ataupun melaksanakan peraturan yang pro-rakyat.

Sebagai mahasiswa yang memiliki social control saya melihat bahwa fenomena ini hanyalah sebuah momentum yang pas bagi mereka para pemilik modal (pengusaha)/kapitaler (bahasa saya) untuk merambah dunia politik dan mempengaruhi bahkan membuat sendiri peraturan negara yang sesuai dengan mood dan kepentingan mereka.Bukan hanya kepentingan partai saja tapi kepentingan perusahaan agar bisa tetap eksis di dunia ekonomi.

Jadi apakah kita masih bisa mempercayai arah dan tujuan negara kita di tangan orang yang bahkan nasionalisme terhadap bangsanya masih dapat di goyangkan dengan sejumlah uang ?

saya tidak mengajak anda untuk tidak percaya tapi saya mengajak anda (khususnya kaum intelektual) untuk dapat berpikir dua kali dengan mengadakan analisis untuk menjadikan dan memilih calon pemimpin kita nantinya






Tidak ada komentar:

Posting Komentar